Catatan Syamsu- Pedagang Musiman di Musim Panen Padi-Pengalaman Pribadi-Pedagang Musiman adalah pedagang yang menjual barang berdasarkan musim tertentu/kondisional. Misalnya pada musim tanam padi ada pedagang yang menjajakan dagangan berupa pupuk, benih padi, dan semua produk yang terkait dengan musim tersebut.
Contoh lain, di bulan Ramadan juga banyak pedagang musiman ( pedagang musim Ramadan ), pedagang musim panen buah tertentu, pedagang musiman menjelang tahun baru, pedagang musiman menjelang Hari Raya Umat Beragama, dan masih banyak lagi jenis pedagang musiman yang lain.
Sobat Pembaca, saat tulisan ini diketik kebetulan di wilayah Kabupaten Kebumen khususnya di Kecamatan Kuwarasan, Gombong, dan sekitarnya tanaman padi sudah ada yang mulai menguning, ada juga yang baru hamil, dan mratak.
Menikmati indahnya pemandangan area persawahan yang kebetulan saat ini ( Juni 2015 ) tanaman padi sedang enak-enaknya dipandang karena kehijuan daunnya serta biji padi sudah ada yang mulai menguning, mengingatkanku pada 14 tahun yang lalu ( tahun 2001 ). Di mana sejak tahun 2001-2003 saya selalu memanfaatkan musim panen padi sebagai sasaran dalam mencari rupiah.
Sobat Pembaca, ketika tanaman padi baru mulai berbuah (mratak), sejak itu juga saya mulai berdagang karung/kandi/bagor/kantong/wadah padi dan sarap/gelaran/alas/tempat yang digunakan untuk menjemur padi. Ya dulu saya berjualan kantong dan alas menjemur padi di pasar-pasar tradisioanal baik yang setiap hari pasaran maupun pasar yang hanya di hari tertentu pasarannya.
Adapun pasar yang saya tuju pertama kali adalah pasar Gombong karena menyesuaikan tanaman padi yang biasanya dapat dipanen duluan adalah yang di area persawahan Gombong dan sekitarnya. Pasar Gombong pasarannya setiap hari, bahkan bisa dikatakan pasar Wonokriyo Gombog ini tak ada putusnya transaksi jual beli dari kegiatan jual beli di pasar pagi sampai jual beli di pedagang kaki lima yang buka pada malam hari.
Tujuan pasar yang lainnya yang biasa saya kunjungi untuk berjualan antara lain :
Pedagang musiman tidak seperti pedagang non musiman, di mana tempat menjajakan dagangannya saya cukup memaki alas plastik yang saya taruh di atas pinggiran jalan pasar. Sebenarnya sih banyak banget penjual kantong padi/alas jemur padi yang ada di kios-kios pasar, akan tetapi namanya juga rejeki ya Alhamdulillah dagangan saya setiap hari ya ada yang laku.
Masalah keuntungan sebenarnya dulu saya cuma dapat Rp.50,00 ( lima puluh rupiah ) per kantong padi, kan tetapi biasanya seorang embeli ya minimal membeli 10 kantong, lumayan kan dapat keuntungan lima ratus rupiah. Jika yang laku alas tempat jemur padi ya cukup lumayan sih keuntungannya, karena bisa untung antara Rp. 500, 00 - Rp. 2.000,00 per 1 lembar. Waktu itu penghasilan bersih saya jika dirata-rata ya Rp.20.000,00/hari.
Sobat Pembaca, berdasarkan pengalaman saya berjualan kantong padi dan alas tempat menjemur padi dari pasar yang satu ke pasar lainnya dengan menggunakan sepeda ontel, ternyata walaupun namanya pedagang/penjual musiman akan tetapi saya bisa berjualan selama 3 bulan mulai dari pasar Gombong dan terakhir biasanya di pasar Tumenggungan Kebumen karena sudah menjadi pengadatan untuk daerah kota Kebumen panen padinya belakangan.
Demikian cerita pengalaman saya ketika menjadi Penjual Musiman di Musim Panen Padi. Salam dari Blogger Kampung asli Kebumen.
Contoh lain, di bulan Ramadan juga banyak pedagang musiman ( pedagang musim Ramadan ), pedagang musim panen buah tertentu, pedagang musiman menjelang tahun baru, pedagang musiman menjelang Hari Raya Umat Beragama, dan masih banyak lagi jenis pedagang musiman yang lain.
Sobat Pembaca, saat tulisan ini diketik kebetulan di wilayah Kabupaten Kebumen khususnya di Kecamatan Kuwarasan, Gombong, dan sekitarnya tanaman padi sudah ada yang mulai menguning, ada juga yang baru hamil, dan mratak.
Area Persawahan di Desa Selokerto Kecamatan Sempor
Sobat Pembaca, ketika tanaman padi baru mulai berbuah (mratak), sejak itu juga saya mulai berdagang karung/kandi/bagor/kantong/wadah padi dan sarap/gelaran/alas/tempat yang digunakan untuk menjemur padi. Ya dulu saya berjualan kantong dan alas menjemur padi di pasar-pasar tradisioanal baik yang setiap hari pasaran maupun pasar yang hanya di hari tertentu pasarannya.
Adapun pasar yang saya tuju pertama kali adalah pasar Gombong karena menyesuaikan tanaman padi yang biasanya dapat dipanen duluan adalah yang di area persawahan Gombong dan sekitarnya. Pasar Gombong pasarannya setiap hari, bahkan bisa dikatakan pasar Wonokriyo Gombog ini tak ada putusnya transaksi jual beli dari kegiatan jual beli di pasar pagi sampai jual beli di pedagang kaki lima yang buka pada malam hari.
Tujuan pasar yang lainnya yang biasa saya kunjungi untuk berjualan antara lain :
- Pasar Kebrek Kuwarasan-Pasar ini hanya ada dua hari pasaran dalam seminggu yakni hari Minggu dan Rabu
- Pasar Purwaganda Kuwarasan- Pasar Purwaganda pasaran setiap hari, akan tetapi hari Senin dan Kamis lebih ramai
- Pasar Ngelis Karangsari Buayan- Pasar ini pasarannya hari Selasa dan Sabtu
- Pasar Karanganyar Kebumen-Pasarannya setiap hari
- Pasar Tumenggungan Kebumen-Pasaran setiap hari juga
Kantong Padi
Masalah keuntungan sebenarnya dulu saya cuma dapat Rp.50,00 ( lima puluh rupiah ) per kantong padi, kan tetapi biasanya seorang embeli ya minimal membeli 10 kantong, lumayan kan dapat keuntungan lima ratus rupiah. Jika yang laku alas tempat jemur padi ya cukup lumayan sih keuntungannya, karena bisa untung antara Rp. 500, 00 - Rp. 2.000,00 per 1 lembar. Waktu itu penghasilan bersih saya jika dirata-rata ya Rp.20.000,00/hari.
Alas Menjemur Padi
Sobat Pembaca, berdasarkan pengalaman saya berjualan kantong padi dan alas tempat menjemur padi dari pasar yang satu ke pasar lainnya dengan menggunakan sepeda ontel, ternyata walaupun namanya pedagang/penjual musiman akan tetapi saya bisa berjualan selama 3 bulan mulai dari pasar Gombong dan terakhir biasanya di pasar Tumenggungan Kebumen karena sudah menjadi pengadatan untuk daerah kota Kebumen panen padinya belakangan.
Demikian cerita pengalaman saya ketika menjadi Penjual Musiman di Musim Panen Padi. Salam dari Blogger Kampung asli Kebumen.
No comments
Post a Comment